Tantangan dan Hambatan Dakwah di Jakarta "MEMBUKA GERBANG IBUKOTA"




Membuka Gerbang Ibukota:
Tantangan dan Hambatan Dakwah di Jakarta

Muqoddimah

Menaklukkan ibukota sejak lama adalah impian dari banyak masyarakat Indonesia. Ia ibarat gula yang dikerubungi semut, atau bagaikan gadis cantik yang menjadi rebutan banyak pria.
Jakarta adalah ibukota pemerintahan dan ibukota Negara Republik Indonesia. Disini terdapat Istana Presiden, Gedung DPR/MPR, Markas TNI/Polri, Kejaksaan Agung, Mahkamah Agung, dan Kantor-kantor pusat Kementerian maupun instansi-instansi pemerintahan dan badan Negara lainnya. Maka, Jakarta adalah simbol kekuasaan terhadap wilayah Indonesia yang sangat luas.
Selain itu, dari sisi ekonomi, Jakarta secara de facto juga adalah ibukota ekonomi Indonesia. Walaupun desentralisasi dan otonomi daerah telah diterapkan secara ekstensif di seluruh wilayah Indonesia, pada kenyataannya sebagian besar uang masih beredar di wilayah ibukota dan sekitarnya. Gerak roda ekonomi di jabodetabek masih jauh lebih kencang dibandingkan dengan wilayah dan kota besar lainnya. Menurut data, sekitar 70% uang negara beredar di wilayah ini.
Jamaah dakwah dalam hal ini juga perlu memperhatikan wilayah ibukota secara khusus dalam perspektif dakwah. Posisi Jakarta yang strategis dari sisi kekuasaan dan ekonomi adalah peluang yang sangat bagus untuk memperluas jangkauan dakwah hingga ke pemimpin-pemimpin pemerintahan dan usaha. Dengan izin Allah, seiring dengan meluasnya dakwah kepada simpul-simpul kekuasaan dan ekonomi akan membuka peluang-peluang dakwah lainnya yang lebih luas di Indonesia maupun di luar negeri.
Jika kita telaah misalnya contoh di Turki, Recep Tayip Erdogan sebelum menjadi Perdana Menteri, terlebih dahulu beliau berhasil menjadi Walikota Istanbul. Begitupun dengan Ahmadinejad, sebelum menjadi PM Iran ia telah sukses sebelumnya menjadi Walikota Teheran. Keberhasilan mereka dalam mengelola ibukota menjadi kredit poin tersendiri yang cukup berpengaruh.
Dalam pemilu legislatif tahun 2004, PKS telah melakukan lompatan yang signifikan di ibukota dengan menjadi peraih suara dan kursi legislatif provinsi terbanyak di ibukota. Akan tetapi, keberhasilan itu tidak diikuti dengan keberhasilan memenangkan calon walikota di Pilkada Jakarta tahun 2007, dimana pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang diusung PKS dikalahkan oleh pasangan Fauzi Bowo-Prijanto. Demikian pula pada pemilu legislatif 2009, posisi peraih suara dan kursi terbanyak harus direlakan kepada Partai Demokrat.

Telaah

kondisi ibukota

Statistik Singkat

Luas
740,3 km2
Populasi (2010)
 - Total
9.588.198
12.951,8/km²
1
5
44
267

Geografis

Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah Kota administrasi dan satu Kabupaten administratif, yakni: Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km2. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa.

Demografis

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk DKI Jakarta adalah 9.588.198 orang yang terdiri dari 4.859.272 laki-laki dan 4.728.926 perempuan. Dari hasil SP 2010 tersebut masih tampak tejadinya fenomena "kue donat" di DKI Jakarta dimana penduduk bertumpu di lingkar luar sementara itu yang berada di pusat DKI Jakarta relatif rendah. Hanya sekitar 9,7 persen penduduk yang tinggal di Jakarta Pusat dan yang lainya menyebar di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara. Sementara itu, penduduk yang berada di Kepulauan Seribu hanya 0,22 persen.
Kota administrasi Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan adalah 3 kota administrasi dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 2.687.027 orang, 2.278.825 orang dan 2.057.080 orang. Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu merupakan wilayah dengan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu 21.071 orang.
Dengan luas DKI Jakarta sekitar 662,33 km2 dan didiami oleh 9.588.198 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk DKI Jakarta adalah sebanyak 14.476 orang per km2. Kota yang paling padat penduduknya adalah Kota Administrasi jakarta Pusat yaitu 18.676 orang per km2 sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu yakni sebanyak 2.422 orang/km2.
Pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok.

Etnis

Berdasarkan sensus penduduk tahun 1961, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 2,9 juta yang terdiri dari orang Sunda sebanyak 32,85%, orang Jawa-Madura (25,4%), Betawi (22,9%), Tionghoa (10,1%), Minangkabau (2,1%), Sumatera Selatan (2,1%), Batak (1,0%), Sulawesi Utara (0,7%), Melayu (0,7%), Sulawesi Selatan (0,6%), Maluku dan Irian (0,4%), Aceh (0,2%), Banjar (0,2%), Nusa Tenggara Timur (0,2%), Bali (0,1%), dan keturunan asing lainnya (0,6%).

Agama

Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam.
Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah sebagai berikut:
84,4%
6,2 %
5,7 %
1,2 %
3,5 %
Jumlah umat Buddha terlihat agak besar mungkin karena umat Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya.

Ekonomi

Selain sebagai pusat pemerintahan, Jakarta juga merupakan pusat bisnis dan keuangan. Di samping Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, kantor-kantor pusat perusahaan nasional banyak berlokasi di Jakarta. Saat ini, lebih dari 70% uang negara, beredar di Jakarta.
Jakarta merupakan salah satu kota di Asia dengan masyarakat kelas menengah cukup besar. Pada tahun 2009, 13% masyarakat Jakarta berpenghasilan di atas US$ 10.000. Jumlah ini, menempatkan Jakarta sejajar dengan Singapura, Shanghai, dan Mumbai.

Budaya

Budaya Jakarta merupakan budaya mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain, Jawa, Sunda, Minang, Batak, dan Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya Arab, Tiongkok, India, dan Portugis.

Perwakilan

DKI Jakarta memiliki 21 perwakilan di DPR (dari tiga daerah pemilihan) dan empat orang untuk DPD. Keempat anggota DPD untuk periode 2009-2014 adalah H. Dani Anwar, Drs.H. A.M. Fatwa, H. Djan Faridz, dan Pardi.
Berdasarkan hasil Pemilu Legislatif 2009, DPRD Jakarta (total 94 kursi) tersusun dari:
Partai
Kursi
 %
32
34
18
19
11
12
7
7
7
7
6
6
Partai Hanura
4
4
4
4
4
4
1
1

Mayoritas dari anggota ini adalah wajah baru (70/94, sekitar 74%), dengan proporsi anggota perempuan 27/94 (meningkat dari periode sebelumnya, 11/56).

 

Ibukota , dakwah dan PKS

Sesungguhnya ibukota adalah lahan yang subur bagi dakwah untuk berkembang. Jika kita lihat potensinya dari jumlah muslim saja ada sekitar 85 % dari total penduduk Jakarta yang berjumlah 9,5 juta orang.
Potensi ini mestinya bisa dikonversi menjadi energi yang sangat besar untuk memperbesar dan memperluas cakupan dakwah.

peluang dakwah

1.       Jumlah muslim yang besar
2.       Jumlah masjid yang cukup memadai
3.       Banyaknya ormas Islam yang berbasis di Jakarta
4.       Suku Betawi dan Sunda secara tradisional merupakan basis muslim yang baik
5.       Basis dakwah tradisional di komunitas habaib dan NU
6.       Basis dakwah modern di komunitas muhammadiyah dan DDII
7.       Dakwah Sekolah dan Kampus sudah mapan

tantangan dakwah

1.       Kecurigaan terhadap agenda PKS bagi ibukota
2.       Munculnya isu NII dan terorisme
3.       Dakwah Birokrasi belum massif
4.       Banyak penduduk Jakarta merupakan pendatang
5.       Karakter masyarakat Jakarta yang terdidik dan modern, walaupun masih ada sebagian yang tradisional
6.       Isu Bersih dan Peduli belum menemukan kembali relevansinya belakangan ini.
7.       Belum adanya tokoh dakwah yang berpengaruh besar di Jakarta
8.       Heterogenitas Jakarta, disparitas yang besar.

hambatan dakwah

1.       Kemungkaran di Jakarta masih banyak yang belum tersentuh, contoh: sex bebas, narkotika, perjudian, premanisme
2.       Kepentingan asing yang banyak bermain di Jakarta
3.       Kecenderungan menjadikan PKS sebagai common enemy (musuh bersama)
4.       Isu islam tradisionalis vs wahabi
5.       Pembusukan dan pemecah-belahan internal
6.       Media massa belum dikuasai
7.       Birokrasi yang curang

PKS dan ibukota

Persoalan Ibukota

Permasalahan sosial

Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk diatas 10 juta, Jakarta memiliki masalah stress, kriminalitas, dan kemiskinan. Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stress. Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal. Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.
Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005)
Tahun
Keluar
Masuk
Perbedaan
2.643.273
2.874.801
231.528
2.816.384
3.021.214
204.830
2.213.812
2.404.168
190.356
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

Banjir

Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta.
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman kolonial Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.

isu PKS di ibukota

1.       Bagaimana PKS dapat menyelesaikan dua persoalan utama ibukota : transportasi dan banjir?
2.       Bagaimana PKS dapat mengembangkan perekonomian Jakarta?
3.       Bagaimana sikap PKS terhadap industri hiburan di Jakarta?
4.       Apakah ada tokoh PKS yang dapat dipercaya dan diterima kalangan luas?

Solusi dan Kesimpulan

Solusi

Perlu kita renungkan hakekat dakwah Nabi saw dalam pendekatan kepada masyarakat, seperti sabda nabi, “manusia adalah anak Adam dan Adam dari tanah”.
Untuk menjawab tantangan dan hambatan dakwah tersebut, ada beberapa solusi yang dapat kita lakukan bersama:
  1. Sebagai ahlu islah atau ahli perubahan, kita harus mengedepankan sikap husnudzon dalam maneuver dakwah, sebagaimana kata Yusuf Qardhawi, ajarilah saudara-saudaramu memiliki sifat berbaik sangka. Diantara item yang perlu diperhatikan: suatu realitas yang tak mungkin dihentikan hanya karena dia tak setuju atau tak senang dengan kita, padahal nabi mengajarkan kita, “hikmah barang hilang orang mukmin, dimana saja dia didapat dia berhak mengambilnya”
  2. Kita harus memberikan kenyamanan dan perhatian kepada aorang. Perhatian yang paling rendah adalah di bidang ekonomi dan kenyamanan hati dan jiwa. Bias dilihat dalam isyarat Allah swt dalam surat Quraisy ayat 4, “Yang telah memberikan makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan”. Dakwah kita harus memberikan solusi mengenyangkan orang lain dari makanan, perhatian, minuman, pendidikan, ketentraman jiwa, dari hal-hal yang membuat was-was dan takut.
  3. Menyentuh sisi kemanusiaan. Ia adalah sebuah kemuliaan dan kebanggaan sepanjang sejarah, ketika kaum muslimin pada zaman dahulu memperlakukan non muslim seperti ahli kitab Rasulullah saw melarang untuk memerangi atau memusuhi mereka dan memerintahkan untuk memperlakukan mereka dengan baik. Umar membantu orang Yahudi miskin dari Baitul Mal sehingga mereka tidak perlu meminta-minta.
  4. Bersikap i’tidal /tawasuth. moderat berdiri ditengah sikap berlebih-lebihan dan sikap kendur. Menjaga kepentingan pribadi dan masyarakat sehingga setiap individu berhasil menampilkan kebaikan dan keberanian, dan membantu dalam kebutuhan-kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dakwah tidak boleh menutup mata, harus mengulurkan tangan dan membantunya.
  5. Kita harus memperhatikan wilayah-wilayah berikut sebagai basis-basis dakwah dan tarbiyah kita:
    1. Rumah Tangga, ia merupakan madrasah atau tempat pertama kali anak belajar dan menerima pendidikan yang baik dan benar. Oleh karena itu Islam sangat berkepentingan mengingatkan keluarga, dari proses pencarian bibit janin atau calon ibu anak-anak tempat bersemai bibit tumbuh dengan baik. Dengan penentuan pasangan yang memiliki agama. Dan kewajiban orangtua mendidik anak dan keluarganya, diajarkan sholat dan akhlak yang baik. Al Quran surat At Tahrim,” Wahai ORang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. Dan perhatikan pula hadist nabi “perintahkanlah anak-anakmu shalat pada umur 7 tahun dan pukullah kalau dia tidak mau pada umur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidurnya”.
    2. Masjid, sebagai tempat yang sangat strategis menumbuh-kembangkan ruh iman dan ruh ibadah agar selalu dekat dan taat pada Rabbnya. Persaksian Nabi kepada ahlul masjid, “ Apabila kamu melihat seseorang yang selalu pergi ke masjid, saksikanlah bahwa ia beriman”. Selain itu Allah menaungi seseorang pada hari kiamat bagi orang yang selalu tertambat hatinya di masjid. Manfaat lain adalah selalu berinteraksi dan saling mengenal serta tolong-menolong dan tumbuh rasa menyayangi sesama dalam memberikan kebaikan.
    3. Madrasah/sekolah, tempat aktivitas formal sudah menjadi keharusan bagi guru sebagai magnet buat anak didiknya sekaligus figure teladan pada muridnya. Rasulullah saw bersabda, “manusia seperti barang tambang, emas dan perak. Sebaik-baik  mereka pada masa jahiliyyah akan menjadi orang baik dalam islam, jika mereka memahami agama.”
    4. Masyarakat, beserta tempat yang melingkupinya seperti jalan raya, pasar, sanggar, kantor, tempat-tempat kumpul manusia, dan semua fasilitas tempat yang melingkupinya sebagai media yang sangat berpengaruh dalam proses pendidikan manusia. Tidakkah pantas bila kita katakan bahwa manusia tak bisa dididik dengan warna islam. Sebab masjid, rumah, madrasah, universitas, sebagai media efektif dalam pembentukan karakter anak.
  6. Dan beberapa media lain yang bisa mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan negatif di luar media diatas tadi seperti : diskusi umum, ceramah, pelatihan-pelatihan, pertemuan ilmiah berkala seputar bahasan yang sedang hangat pada masyarakat, perkemahan sebagai tempat berlatih di kehidupan alam bebas, kongres, dsb. Yang intinya kita menjadi khidmah (pelayan) bagi orang lain
7.       Perkuat silaturahim antara PKS dan berbagai ormas Islam. Silaturahim dan menjaga ukhuwah islamiyah adalah perintah Allah. Jangan kita eksklusif dan sendirian dalam memperjuangkan agama Allah di muka bumi ini. Kita perlu merangkul sebanyak mungkin pihak yang memiliki perhatian terhadap Islam sebagai teman kita, tak mengenal batasan suku, ras, dan pemahaman.
8.       Perkenalkan konsep dan jargon PKS dalam menangani persoalan Jakarta. Kita perlu memperkenalkan kepada masyarakat, khususnya mereka di segmen yang terdidik bahwa kita memiliki solusi integral untuk mengatasi persoalan-persoalan Jakarta. Solusi ini jangan muluk-muluk, justru harus realistis dan dapat diaplikasikan.
9.       Buat mini-prototype pemecahan masalah banjir dan macet di ibukota, misalkan dengan membuat daerah percontohan yang dipelopori PKS. Daerah percontohan inilah yang nantinya akan menjadi proyek percontohan perbaikan versi PKS dan contoh nyata yang akan dijual saat pendekatan kepada masyarakat.
10.   Pendekatan terhadap artis ibukota yang memiliki perilaku yang tidak tercela dan mau mendukung calon PKS. Pendekatan dan dakwah kepada para artis adalah sebuah keniscayaan sebagai usaha untuk mengikat simpul-simpul massa. Selain itu juga untuk menghilangkan stigma ekstrim pada PKS. Dulu Rasulullah saw pernah berdoa agar Allah memberikan hidayah kepada salah satu diantara dua ‘Umar. Terbukti kemudian Umar bin Khattab yang sangat berpengaruh menjadi pembela dan pemimpin Islam yang luar biasa ketika mendapat hidayah.
11.   Pendekatan intensif terhadap simpul-simpul massa dan komunitas-komunitas yang berpengaruh. Dakwah akan lebih efektif jika kita bias mendekati orang-orang yang berpengaruh dan memiliki pengikut. Layaknya strategi penyebaran Islam di masa dulu dengan berdakwah kepada raja-raja, sehingga kemudian rakyatnya mengikuti rajanya.  Walaupun kita juga jangan melupakan dakwah ke kalangan grass root. Ingat surat ‘Abasa.
12.   Pencarian tokoh internal dan eksternal yang memiliki kapasitas kepemimpinan sekaligus populeritas yang luas di kalangan masyarakat.  PKS adalah jamaah kolektif. Akan tetapi setiap individu didalamnya didorong agar menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang lain. Setiap kader adalah pemimpin secara karakter, tapi tidak berambisi menjadi pemimpin secara jabatan. Kepemimpinan adalah soal kontribusi, bukan posisi. Selain itu, kita juga perlu memindai berbagai potensi kepemimpinan di kalangan lain yang cukup baik. Tidak menutup kemungkinan ada orang lain diluar jamaah yang memiliki kapasitas dan integritas yang bagus. Kam finna laisa minna, kam minna laisa finna.
13.   Usahakan agar PKS tidak menjadi musuh bersama kelompok yang lain. Jalin silaturahim dengan sebanyak mungkin pihak, khususnya yang memiliki tujuan yang sama. Jangan merasa bisa menang sendiri, kita harus dapat bekerjasama dengan berbagai pihak. Tentu seleksi terhadap partner harus dilakukan, akan tetapi jangan membatasi diri dalam berdakwah. Jika pun kondisi sulit, rancanglah strategi tertentu agar kita tak lagi menjadi musuh bersama seluruh elemen masyarakat. Ciptakan pola komunikasi bertingkat yang ditujukan kepada target yang berbeda.
14.   Mengubah positioning PKS dari bersih dan peduli menjadi partai pekerja. Amal dan aktivitas nyata kita di lapangan akan menjadi senjata terkuat dalam menghadapi fitnah dan serangan terhadap jamaah. Karena masyarakat akan mempu membedakan dan menilai sendiri perilaku kader sebagai duta-duta jamaah dan membandingkannya dengan fitnah yang menyebar. Menurut Imam Hasan al Hudaibi, “ Tegakkanlah Islam di dadamu maka akan tegak Islam di negerimu”.

Kesimpulan

Dakwah di ibukota memang banyak tantangannya, akan tetapi bukannya tidak mungkin. Hasil pileg 2004 menjadi bukti bahwa sesungguhnya Jakarta bisa menjadi lahan subur bagi dakwah. Pekerjaan Rumah terbesar bagi PKS sesungguhnya adalah menjaga kantong-kantong massa yang selama ini telah dipegang, sambil mencari kemungkinan-kemungkinan meraih simpul-simpul massa lain yang bisa menjadi faktor kemenangan dakwah di masa depan.
Wallahu alam bis shawab
Sumber-sumber :
Perda No 1 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


0 Response to "Tantangan dan Hambatan Dakwah di Jakarta "MEMBUKA GERBANG IBUKOTA""

Post a Comment